Kamis, 01 Mei 2014

Masuk dan Berkembangnya Islam Di Sumatra Selatan

Judul            : Masuk dan Berkembangnya Islam Di Sumatra Selatan 
Pengarang    : K.H.O. Gadjahnata, Sri Edi Swasono 
Penerbit       : Universitas Indonesia UI Pres 
Tebal            : 268 halaman

  Sejarah bukan uraian tanpa vonis dan nilai, tetapi sebagaimana  Al-Quran membagi nilai sejarah itu kepada tiga nilai, Pertama, sejarah yang  an’amta yang sukses yang telah diberi nikmat oleh Allah. Kedua sejarah yang magh-dub (yang dimurkai) karena ia sombong telah melakukan tindakan – tindakan yang keliru. Ketiga, sejarah yang dallin (tersesat jalan) karena tidak pernah mempelajari pengalaman yang terdahulu, membaca pengalaman bangsa- bangsa lain, sehingga tambah jauh dari tujuan.

Sejarah islam dan pembangunan bangsa, Masuknya islam ketanah air melaluin pantai-pantai, sungai, jalan setapak, tanpa pengetahuan bahasa penduduk,apalagi pengetahuan sosiologis dan etnologis yang belum terilmukan, tetapi tidak berjumpa dalam dongeng-dongeng dan cerita-cerita kemulut, aneka ragam orang memperkirakan tentang itu, antara lain perkiraan orang jauh kepada : Pertama, kesungguhan para juru dak’wah dan berdak’wah menjadi tugas setiap muslim yang mukallaf yang menyertai pengembangan islam. Kedua, pendekatan da’wah dilakukan secara persuasive, bukan dengan cara yang apriori yang bertentangan secara diameteral, tetapi mengikuti tingkah laku dan adat-istiadat penduduk dan diarahkan secara tidak terasa, ketiga, pribadi muslim yang dating keseluruh pelosok tanah air menjadi saksi kebenaran islam.



Penjajahan menghentikan dak’wah

Begitu kaum penjajah masuk ketanah air kita, pemimpin-pemimpin Islam terpusat perhatiannya menghadapi penjajahan. Dikota Mataram, Lombok sampai sekarang terdapat daerah yang sebelah kanan jalan rakyatnya beragama Islam dan sebelah kirinya beragama Hindu, sedangkan di Maluku ada pulau yang rakyatnya sangat fanatikIslam tetapi shalatnya hanya shalat Jumat saja. Hal ini membuktikan bahwa da’wah terhenti sama sekali pada saat penjajahan datang. Kehentian yang begitu lama menyebabkan berubahnya pengertian da’wah itu menjadi pengajian diantara sesama muslim


Umat Islam terbagi dalam aneka ragam kelompok

Pertama, timbul kelompok karena pendidikan sehingga ada yang disebut kaum muslimin pesantrenan rata-rata mengisi kehidupan dipedesaan  dan kaum musliman sekolahan mengisi masyarakat perkotaan. Kedua, pengelompokkan berdasarkan paham keagamaan timbul masalah madzhab, taqlid, dan arruju ilal quran wassunah. (kembali kepada hukum yang ditetapkan Quran dan Sunnah).


Masa pergerakan memberi citra baru

Di Yogyakarta dimana da’wah islam dilakukan melalui cara persuasif, bahkan sangat lunak sekali, sehingga kebiasaan yang mendekati perbuatan syirik belum terkikis dari kehidupan umat Islam. Pada tahun 1912 bangkitlah Kyai Haji Ahmad Dahlan dan sahabat-sahabatnya  melahirkan perkumpulan yang bernama Muhammadiyah yang akan mendidik kaum mislimin untuk berpikir merdeka, membersihkan kaum muslimin dari syirik dan khurafat, serta mengajak untuk memperbanyak amal kemasyarakatan. Dan pada tahun 1926 bangkit Nahdatul Ulama (NU) yang berarti kebangkitan para ulama yang dilahirkan oleh K.H. Hasyim Asyarie dengan sahabat-sahabatnya.


Era baru di Zaman Jepang

Setelah jepang berhasil membekukan semua partai dan organisasi, mereka menyadari bahwa tidak mungkin menang perang kalau menyampingkan kaum muslimin dan kaum pergerakn Jepang, oleh karena itu di Jawa pemerintah pendudukan Jepang membentuk dua kubu kegiatan, pertama, Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), selain itu mereka melahirkan pula MIAI kembali dan kemudian cepat-cepat mengizinkan NU, Muhammadiyah, PDII dan PUI untuk hidup kembali dan kemudian keempatnya diikat dengan lahirnya Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI).


Kemerdekaan lahir dalam semangat persatuan umat

Pada waktu itu lahirnya DI/TII, tetapi dilain pihak memyebabkan gampangnya orang membabat umat islam, sehingga terdapat daerah yang tadinya basis Islam berubah menjadi basis komunis. Sebagai kekuatan yang mempunyai moral politik yang tinggi, telah dapat dikalahkan dengan kekuatan politik yang lazim, tujuan menghalalkan segala cara, karena politik Islam hanya mempertahankan moralnya tidak mempertahankan kekuatannya.

Kemunduran persatuan umat islam telah menimbulkan kecongkakan kaum komunis, berani menginjak-injak kaum muslimin dimana-mana.


Pertolongan Allah Datang, Orde baru lahir


Bila umat islam berhasil menempatkan dirinya tatanan orde baru dalam masyarakat Pancasila, mereka akan bangkit kembali sebagai penyumbang utama terhadap pembangunan bangsa untuk jangka puluhan dan ratusan tahun mendatang.

Tetapi bila umat islam masih mempergunakan “lagu lama” dengan terus menerus bernostalgia dengan masa jaya yang silam dengan mempertahankan system pendekatan dengan pola yang lama, ditambah lagi dengan terus mengadu alu di lesung memperdebatkan pancasila .



1. SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE SUMATRA SELATAN


Fase-fase Masuk dan berkembangnya Islam diwilayah Nusantara

Fase pertama : Awal masuknya pendatang Islam

Fase ini (abad ke 1 -  ke 4 H) merupakan fase pertama proses kedatangan Isalam di Indonesia dengan kehadiran para pedagang Islam yang singgah diberbagai pelabuhan di Sumatera, yang dapat dicatat hanya berdasarkan sumber-sumber asing. Kapal-kapal daganag Islam sudah mulai berlayar kewilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7 M. Literatur Arab sangat kaya akan sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara.


Fase kedua : Permukiman Masyarakat Islam di Sumatera dan Jawa

Di Leran (Gresik)terdapat sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang wafat Tahun 475 H atau 1082 M. dan makam-makan yang ditemukan bersamaan dengan Ftaimah binti maimun menunjukkan pola gaya hias makam dari dari abad ke-16 M. mungkin dalam kurun waktu abad ke 1 – ke 4 H terdapat hubungan perkawinan antara pedagang dengan masyarakat muslim asing yang menikah denganpenduduk setempat sehingga menjadikan mereka masuk islam baik sebagai istrinya maupun keluarganya.

Fase ketiga : Berdirinya kerajaan Islam dan Perkembangan Islam hingga Abad 16 Masehi

Untuk memberikan data lebih jelas adanya kerajaan samudera pasai. Makam tersebut menyebutkan Malik as saleh wafat bualn Ramadhan 696 H. Nama Malik as saleh dianggap sebagi raja pertama kerajaan samudera pasai berdasarkan hikayat raja-raja pasai dan juga sejarah Melayu.


Fase keempat : perkembangan Islam di Nusantara (Abad 16 M) dan Abad-abad berikutnya.

Pengaruh perkembangan penyebaran agama yang berpusat di pasai-Aceh kepesisir Sumatera dan semenanjung malaka serta dari Demak dan Gresik ke Banjarmasin dan Lombok terbukti dengan ditemukannya bentuk-bentuk makam, terutama batu nisannya.

Yang agak lambat menerima perkembangan islam selain Daerah yang telah disebutkan diatas, ialah daerah Sulawesi seperti daerah Buton da Salayar berdasarkan tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari ternate pada pertengahan abad ke 16 M, namun bukti lebih nyata perkembangan Islam di Sulawesi ialah ketika raja Gowa yang pertama masuk Islam dapat dianggap sebagai titik penting.


Masuk dan berkembangnya Islam di Sumatera Selatan

Berdasarkan pendapat Sayid Naguib Al-atas, kedua tempat ditepi Selat Malaka pada permulaan Abad ke 7 H yang menjadi tempat singgah para musafir yang beragama Islam dan diterima dengan baik oleh penguasa setempat yang belum beragama Islam ialah Palembang dan Kedah. Dengan demikian jika kita mengikuti pendapat tadi maka pada permulaan Hijriah atau abad ke 7 M  di Palembang sudah ada masyarakat Islam yang oleh penguasa setempat telah diterima dengan baik dan dapat menjalankan ibadat menurut agama Islam.


2.      MASUKNYA ISLAM KE SUMATERA SELATAN

Ahmad Mansyur Suryanegara

Masuk Agam Islam ke Sumatera Selatan

Sriwijaya sebagai kerajaan maritime yang memiliki daerah pengaruh yang luas diluar wilayah Indonesia sekarang. Selain itu letak wilayah sriwijaya yang memiliki cirri geostrategic  di persimpangan jalan laut perdagangan antara Timur  Tengah dan china, menjadikan sriwijaya dikenal dan dituliskan dalam sejarah kedua wilayah tersebut.

Kenyataan sejarah saat perkembangan Sriwijaya tidak dapat lepas dari kaitannya dengan suasana dunia perdagangan internasional saat itu, saat majunya pengaruh Sriwijaya, kondisi di Timur Tengah  sedang berkembang ajaran Islam. Perdagangan laut yang melewatinya baik dari Cina maupun dari Timur Tengah atau sebaliknya, tentu perlu singgah dahulu ke Sriwijaya, Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya agama Islam mulai masuk ke Sriwijaya atau Sumatera Selatan.

Penguasaan jalan perdagangan laut oleh bangsa arab jauh lebih maju disbanding bangsa barat. Saat itu bangsa Arab telah menguasai jalan laut melalui Samudra India yang mereka namakan sebagai Samudra Persia. Sejak pra islam Teluk Persia dengan pelabuhannya Siraf dan Basra sebagai pusat perdagangan antara Asia, Afrika, dengan Timur Tengah. Setelah berkembangnya agama Islam, Irak dengan Bagdadnya merupakan pusat politik dan perdagangan, terutama pada masa Khalifah dinasti Abasiyah (750-1268). Sekitar adab ke 10 M navigasi perdagangan sampai ke Korea dan Jepang.

Sumber perdagangan ini menyebutkan bahwa dalam perjalanannya ke Negara-negara Timur jauh atau Jepang dan China serta korea tidak lepas pula mengadakan hubungan dagang dengan Sriwijaya atau disebutnya dengan Zabaj, dari Sriwijaya ini mereka  memperoleh antara lain barang dagangan Timah.kedudukan sriwijaya  sebagai kerajaan yang memiliki Bandar perdagangan yang sangat strategis, baru berkurang nilainya.

Dari gambaran kekuasaan Sriwijaya dapatlah kita mengerti bahwa perdagangan laut yang melewatinya baik dari China ke Timur Tengah atau sebaliknya tentu perlu singah terlebih dahulu ke Sriwijaya. Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya agama Islam mulai masuk ke Sriwijaya atau Sumatra Selatan.

Pada abad ke -7 terjalin perdagangan antara khalifah di Timur Tengah dengan raja-raja di di Indonesia, khususnya Sumatra selatan pada masa Sriwijaya. Sistem penyebaran Islam yang tidak mengenal misionnaris dan tidak adanya system pemaksaan melalui peperangan, tetapi hanya melalui perdagangan.

3.      MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM PADA ZAMAN KESULTANAN PALEMBANG : SUATU ANALISIS

Setelah sriwijaya mulai pudar dikaki langit keruntuhannya, hadir bangsa portugis di Malaka pada tahun 1511 dan timbulnya revolusi kraton Demak, maka setapak demi setapak agama Islam dikembangkan oleh para mubaligh pribumi yang berasal dari Demak, Banten, Jambi dan Palembang, perkembangan agama itu lebih intensif setelah kesultanan Palembang mengakui Islam sebagai agama resmi dalam abad ke 17. Islam juga menjadi agama seluruh penduduk pusat kerajaan, karena pada umumnya dinegeri kita ini agama raja adalah agama rakyat.

Islam dan jalan dagang Tradisional

Jalan dagang dunia via Selat Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional yang sangat penting waktu itu, Pulau Bangka dijadikan langkah pertama dalam perjuangan mendirikan titik tumpu kuasa pengontrol lalu lintas pelayaranyang pada abad ke 10 m masih tetap memegang peranan penting didaerah perairan asia Tenggara.

Jalan dagang Tradisional yang terbentang antara Laut Merah-India-Selat Malaka-Daratan Tiongkok. Merupakan benang emas yang halusdi sepanjang pantai dalam wilayah kepulauan Nusantara.. Karena didorong oleh keinginan individu muslim untuk menyebarkan agama itu ke Timur , di samping motif politik ekonomi yang menguasainya dan akan memperoleh pahala yang besar, jalan dagang itu pulalah yang membantu penyebaran Agama Islam di Nusantara, Besar kemungkinan agama itu telah dibawa oleh pedagang-pedagang muslim pada abad pertama Hijriah, karena orang-orang Arab sendiri jauh sebelum Islam telah melakukan pelayaran yang Luas ke Timur.

Diperkirakan pedagang-pedagang muslim mendatnagi daerah Sumatra Selatan antara abad ke 9 dan ke 10 M. diperkirakan pula jumlah pedagang muslim sangat terbatas dan belum lagi mencapai daerah uluan. Kurangnya fasilitas sulitnya hubungan antara kota Bandar dengan daerah Uluan yang terisolasi dan masih berdaulatnya Sriwijaya sebagai pendukung agama Budha, merupak factor yang sangat menentukan ruang gerak mereka untuk mencapai daerah pedalaman.

Kesultanan Palembang dan Abd Al-Samad Al-Palimbani

Intensitas penyebaran Islam didaerah ini sangat tergantung naik-turunnya kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa islam sebagai suatu ideologi setapak demi setapak menulari kota-kota Bandar disepanjang jalan dagang tradisional. Bahkan pada akhir abad ke 12 M ia telah memperoleh tempat berpijak do Perlak (Samudra Pasai).

Setelah kerajaan sriwijaya sirna dan dan longgarnya hubungan kekuasaan Majapahit atas daerah ini, Palembang sebagia tanah asal Raden Patah, memulai berkembang menjadi pusat tenaga ekspansi baru dengan Islam sebagai motor pendorong yang kuat.

Tahun 1443 M Majapahit yang telah lumpuh dari dalam, masih sempat menempatkan wakilnya di K’Ukang (Palembang) yaitu seorang adipati bernama Ario Damar alias Swan Liong. Menurut Babat Tanah Djawi. Ario Damar pernah mendapat hadiah seorang putri Cina muslim yang sedang hamil dari raja Brawijaya VII.Pada tahun 1453 M putri itu melahirkan seorang putra yang dikenal dengan Raden Patah (Jin Boen). Tokoh Ario Damar bukanlah Ario Damar yang pernah ikut dalam ekspedisi Gajah Madha ke Bali Tahun 1343 walaupun kedua orang tersebut ada hubungan geneologis. Kemungkinan nama itu merupakan nama ideal bagi penguasa-penguasa Jawa didaerah ini, mengingat daerah ini banyak menghasilkan getah dammar yang sekarang melekat pada nama satu dusun didaerah Ogan Komering Ilir bernama Pedamaran.

Apabila kita meneriam teori ini maka dalam sejarah penyebaran agama Islam didaerah Nusantara ini terutama di Jawa dan di Palembang, merupakan fenomena kultural dalam penyebaran agama islam dikalangan keluarga istana setelah munculnya kerajaan Demak di Jawa.

Sejarah penyebaran agama islam pada hari-hari pertama didaerah ini menunjukkan adanya hubungan yang erat dengan sejarah hidup dan perjuangan seseorang yang lazim disebut Kyai/Guru ngaji. Salah satu kyai yang terkenal didaerah ini dan memiliki reputasi internasional adalah Abd al-Samad sal-palimbani.

Seperti putra yang berasal dari Palembang dan pernah bertahun-tahun di Mekkah mempelajari agama Islam yang pada akhir abad ke-18 M kembali ke tempat kelahirannya dengan membawa  mutiara baru dalam agama islam. Mutiara baru itu adalah suatu cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Banyak jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa , tetapi dengan melakukan ratib samad (berzikir) setelah sholat lima waktu, dianggap jalan yang praktis san pintas untuk sampai pada tujuan akhir dari hidup ini.dengan berzikir diharapkan agar dapat menempatkan rohani mereka dalam mancapai ma’rifat (pengetahuan) tertinggi. Dalm kondisi fisik yang digerakkan secara rutin tanpa terisi makanan yang makin lama makin kehilangan daya raasa, manusia akan melupakan segala-galanya kecuali Allah semata-mata.


4.      BEBERAPA ASPEK PERKEMBANGAN ISLAM DI SUMATRA SELATAN

Tingkat perkembangan Islam didaerah, yang kini bernama Provinsi Sumatera Selatan ini,

Pertama, Islam diawal abad 19 itu telah merupakan agama resmi yang harus ds dipelihara oleh struktur kekuasaan, maka kelihatanlah bahwa peranan Birokrat agama tidak saja terdapat di kerajaan, tetapi juga ditingkat marga dan bahkan ditingkat dusun.

Kedua, jarak yang cukup lebar antara stuktur kekuasaan,yang didasarkan atas keinginan mengadakan adaptasi ajaran agama dengan system yang telah ada, dengan pola perilaku pribadi memang masih jauh. Demikina dengan halnya pada golongan priyayi dan tak jauh bedanya dengan golongan rakyat biasa.

Ketiga, tradisi keratin melayu-Jawa yang mementingkan ilmu agama dan sastra juga berkembang dipusat kerajaan. Maka dibawah naungan para sultan, ulama dan pengarang baik keturunan asing atau pribumi, menghasilkan karya sastra dan uraian keagamaan tentang akhlak, tauhid, dan syariah yang sayangnya barulah akhir-akhir ini saja mulai diperhatikan.

Kemungkinan Palembang sebagai pusat Islam di bagian Selatan pulau emas ini ialah bukan saja karena reputasinya sebagai pusat pergudangan yang banyak dikunjungi oleh pedagang Arab/Islam pada abad-abad kejayaan Sriwijaya. Kalau demikian berarti pengislaman Palembang telah lebih awal dari pada Sulawesi Selatan. Barulah diawal abad ke-17 M Sulawesi Selatan resmi menganut Islam.tak lam kemudian “Perang Islam” dilancarkan oleh Gowa-Talo kekerajaan-kerajaan tetangga. Kemudian raja bone yang menrima Islam dari Makassar (Gowa/Talo) menjalankan “Reformasi puritan” yang cukup radikal.


Kesultanan adalah suatu Islamdom, suatu pusat kekuasaan yang dengan sadar melibatkan diri pada tradisi dan ajaran Islam. Setidaknya secara formal kesultanan adalah suatu wadah yang lebih membuka kemungkinan bagi berlanjutnya proses Islamisasi internal, bukalah terlalu mengherankan jika islamdom tersebut juga berusaha memperkuat wadah tersebut dengan berbagai institusional seperti kedudukan kepenghuluan dan manifestasi simbolik. Maka masjid besar Palembang diawal abad ke 19 dianggap oleh par pelapor Belanda sebagai salah satu bangunan terindah di Hindia Belanda.



5.      SEJARAH KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM DAN BEBERAPA ASPEK HUKUMNYA



H. M. Ali Amin

Pendahuluan

Sejarah kerajaan/kesultanan Palembang terjadi dalam abad ke 17 M dan ke 18 M sampai dengan permulaan abad ke 19 M. tempatnya adalah dikota Palembang dan sekitarnya, baik disebelah hilir Sungai Musi termasuk Pulau Musi dan anak-anak sungainya, yang dikenal dengan nama Batanghari Sembilan.

Kota Palembang didirikan pada tanggal 17 bulan Juni tahun 683, penanggalan ini berdasarkan bunyi tulisan dan perhitungan dari penaggalan tahun Caka, yang terdapat pada prasasti yang ditemukan di Bukit Kampung 35 Ilir Kecamatan Ilir Barat II sekarang. Tanggal tersebutyang merupakan hasil diskusi penelitian. Ditetapkan sebagai hari lahir kotamadya Palembang dengan SK Walikota Kepala Daerah Tingkat II Kota madya Palembang tanggal 6 Mei 1972 No./57/Um.Wk/72.

Pergolakan politik di Jawa pada tahun 1478 M menumbuhkan kerajaan Demak sebagi penerus dari kerajaan majapahit yang mempunyai dasar keislaman pendirinya adalah Raden Patah. Raden patah ketika mudanya memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsaan dan politik.

Sedangkan masuknya Islam di Jawa banyak dihubungkan dengan kedatangan dari Maulana Malik Ibrahim yang menetap di Gresik dan meninggal dunia disana pada tahun 1419. Menurut K.H Saifuddin  Zuhri “Masyarakat Islam terbentuk dibeberapa tempat pada umumnya terletak didaerah pantai. Didaerah-daerah yang tidak terjangkau oleh  kekuasaan Sriwijaya seperti Aceh lebih mudah membentuk masyarakat Islam dari pada daerah lainnya. Didaerah-daerah dimana kekuasaan Sriwijaya para mubaligh Islam bersikap lebih luwes mereka sangat toleran tetapi tidak mengorbankan prinsip”

Pandangan menyeluruh tentang kesultanan Palembang Darussalam


Asal-usul Sultan-sultan Palembang

Palembang menjadi daerah taklukan dari majapahit. Salah seorang Adipati Majapahit yang berkuasa di Palembang adalah Ario Damar putra dari prabu brawijaya. Srikertawijaya. Ario Damar ini kemudian beristrikan Putri Campa, bekas istri dari Prabu Wijay, sri kerta bumi dengan membawa anak, Raden Patah. Raden Patah lahir di lembang pada tahun 1455 dan dibesarkan oleh ayah tirinya Ario Damar. Raden Patah inilah yang menjadi pendiri kerajaan Demak pada tahun 1478.


Hubungan Palembang dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, dimana Palembang mengakui atau berada dibawah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, yang berlangsung selama abad ke 15 M hingga pertengahan 17 M sejak majapahit, Demak-Panjang sampai dengan mataram. Dalam hubungan ini tidak luput dari peraturan-peraturan atau kewajiban-kewajiban untuk dating menghadap raja (seba) sebagai bukti loyalitas,menghantarkan upeti kepada raja dan memberikan bantuan yang diperlukan dalam peperangan.

Kesultanan Palembang Darussalam Berdiri Sendiri

Dalam sejarah kerajaan Mataram nampaksekali bahwa hubungan antara pusat dan daerah tidak selalu barjalan baik. Sebagaimana pengalaman-pengalaman dari penguasa-penguasa Palembang prs kesultanan yang mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dalam hubungan dengan kerajaan mataram , juga Kyai Mas Endi, Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim, sesudah menggantikan kedudukan kakaknya. Pangeran Sedo Ing Rajek sebagai penguasa dari mataram di Palembang mengalami hal yang sama dimana beliau dalam tahun1668 mengirim utusan Mataram, tetapi digolak oleh Amangkurat I. Dengan perkembangan keadaanmaka beliau melepaskan ikatan dengan Mataram. Maka menjadilah Palembang berdiri sendiri sebagai Kesultanan Palembang Darussalam.

Penggantian Sultan-sultan

Sebagai kerajaan yang raja-rajanya berasal dari Jawa dan statusnya semula sebagai penguasa-penguasa dari daerah perlindungan-perlindungan  (protektorat) dari kerajaan Demak-Pajang dan Mataram adalah wajar bahkan dalam prosedur penggantian tahta kesultanan diikuti tradisi yang berlaku dikerajaan-kerajaan di Jawa. Menurut tradisi ini sebagai penganti raja dinobatkan putra sulung ini dikarenakan sesuatu sebab tidak dapat diangkat, maka adiknya yang laki-laki tunggal itu akan dijuluk sebagai pengganti. Jika tidak ada akan ditunjuk putra laki-laki yang sulung dari istri lain.

Pemerintahan, Ekonomi dan Politik

Pemerintahan :
Wilayah kesultanan Palembang Darussalam kira-kira meliputi wilayah keresidenan Palembang dulu pada waktu pemerintahan Belanda dtambah dengan Daerah Rejang-Ampat-Petulai (Lebong)  dan Belalau disebelah Selatan dari Danau Ranau.

Pusat pemerintahan kesultanan berada dikota Palembang dimana pemerintahan dikendalikan oleh putra mahkota yang juga menjadi penasihat sultan langsung, wakil dan pengganti .  kemudian struktur pemerintahan dibawahnya dapat disimpulkan dari uraian-uraian buku P. de Roo de Faille “Lukisan tentang ibu kota Palembang ”, ada uraian tentang empat mancanegara sebagi pembesar-pembesar Negara. Sebagai berikut :

1.       Pepatih (rijksbestuurder), namanya pangeran Natadiraja  yang memegang seluruh urusan kerajaan baik diibu kota maupun di daerah hulu sungai (pedalaman). Ia adalah mancanegara yang pertama menjalankan hokum adat didalam negri Palembang serta jajahannya.

          Nata agama. kepala alim ulama yang mengadili hal-hal sesuai dengan hukum-hukum agama. Kyai Tumenggung Karta, yang di dalam segala hal merupakan tangan kanan dari pepatih, terutama diserahi pengadilan hakim dan pembesar utama di Palembang. Pangeran Citra. Yang juga termasuk mancanegara, kepala dari yang disebut pengalasan, yaitu polisi bersenjata dari raja yang diserahi tugas pelaksanaan hukuman-hukuman mati.


Penduduk kota Palembang dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu :

      Priyayi adalah turunan raja-raja atau kaum ningrat, kedudukan ini diperoleh karena kelahiran dan atas perkenan Sultan.
2.      Dalam golongan rakyat ada orang-orang miji sama kedudukannya dengan yang dipedalaman disebut mata gawe, dengan pengecualian, bahwa mereka tidak dikenakan pajak atau mereka tidak menfhasilkan pajak.

Ekonomi

Perekonomian kesultanan Palembang sesuai dengan letaknya, sangat dipengaruhi oleh perdagangan luar dan dalam negri. Hasil-hasil dari berbagai perusahaan dapat disinggahi oleh kapal-kapal luar negri. Sedangkan system perairan dengan sungai-sungai memungkinkan pengangkutan barang-barang yang sangat lancer.

Perdagangan diadakan dipulau Jawa, Lingga, Riau, Singapura, Pulau Penang, Malaka, negeri Siam dan negri Cina, disamping itu dari pulau-pulau lainnya dating juga perahu-perahu membawa dan mengambil barang-barang dagangan.
Hasil-hasil kesultanan Palembang dan yang diekspor adalah rotan ikat, dammar, kapur barus, kemenyan, kayu lako, lilin, gading, dan pasir emas. Komoditi lain adalah hasil pertambangan timah.

Politik
Politik dalam negri yang dijalankan dikesultanan selama berdirinya kurang lebih 50 tahun membuktikan telah berhasil menciptakan organisasi pemerintahan yang cukup stabil, dimana ketentraman dan keamanan bagi penduduk dan perdaganagan yang cukup memadai terpelihara dengan baik.

Hubungan dengan Negara-negara tetangga umumnya terpelihara dengan baik. Hanya ada satu kali perang dengan Banten sewaktu prakesultanan dalam tahun 1596, yang berlatar belakang pertikaian ekonomi untuk memperebutkan pangkalan perdagangan di Selat Malaka.

Yang mendapat tantangan berat adalah politik dari kesultanan Palembang Darussalam dalam menghadapi pihak imoperialisme dan kolonialis dari Eropa (Belanda dan Inggris) yang dengan kelebihan teknologinya terutama dalam alat perangnya dan kelicikan dalm politiknya, banyak mendatangkan kerugian kepada kesultanan hingga mengakibatkan berakhirnya eksistensi kesultanan itu sendiri.


Beberapa aspek hukum

Hukum adat

Sejak masa pra-kesultanan didaerah Palembang khususnya dipedalaman sesuai dengan perkembangan etnologis pada setiap kelompok manusia yang hidup bersama terdapat peraturan pergaulan yang disebut adat. Dalam adat ini ada kaidah-kaidah yang tidak memberi akibat hokum, misalnya kaidah yang menetukan, bahkan jikalau orang mengadakan perayaan perkawinan.

Hukum Islam

Mengenai pengaruh diambil dari agama Islam khususnya dipedalaman dapat diambil beberapa keterangan dari buku J.W.van Royen yang berjudul De Palembangsche Marga en Haar Grond en Waterrechten, antara lain sebelum kedatangan Islam dalamkehidupan beragama banyak dilakukan pemujaan nenek moyang. Untuk mengenang mereka diadakan pemujaan dirumah-rumah nenek moyang yang kecil-kecil, sedangkan tiap tahun kuburan mereka dibersihkan dan di mana disampaikan persembahan.

Perkembangan Islam di Palembang

Islam masuk ke negeri Palembang dari Demak dalam tahun 1440 M. ketika ibu Raden Patah dikirim kesana dari Majapahit. Adipati Majapahit saat itu adalah Ario Damar yang telah lama memeluk agama Islam secara diam-diam, sehingga ibu tirinya diperlakukannya menurut cara yang sesuai dengan ajaran Islam.

Perkembangan Islam di Palembang dalam abad ke-18 merupakan kelanjutan dari arus perkembangan Islam di Aceh yang dalam paroan kedua abad ke-17 M digerakkan oleh Syeikh Abd al-Rauf Singkil, setelah paham wujudiyah yang dulu berpengaruh di sana dipatahlan oleh Syeikh Nuruddin ar-Raniri

Masuknya islam ke Bangka

Masuknnya islam ke Bangka diperkirakan pada pertengahan abad ke 15 dari Malaka dan dibawa oleh pedagang-pedagang Islam yang sekaligus menempatkan dirinya sebagai mubaligh, akulturasi antar Islam dengan agama-agama sebelumnya seperti Budha dan Hindu dan juga animism dan dinamisme tidak dapat dihindarkan dalam perkembangan Islam di Bangka seperti sekarang.

Kedatangan Belanda di Bangka disambut dengan perang grilya halnini terutama disebabkan para pemimpinnya adalah ulama-ulama yang sudah disinari nur islam sehingga perlawanan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Masuknya Islam di Bangka berbea dengan masuknya Islam di Palembang karena Islam masuk ke Bangka lewat para pedagang dari Malaka yang singgah di pulau Bangka.

Jelas sekali bahwa dalam buku ini di bahas secara detail mengenai masuknya Islam di Sumatra Selatan, agama islam masuk dan berkembang berlangsung sejak zaman kekuasaan Dapunta Hyang Sriwijaya yaitu pertama Hijriah atau bersamaan dengan awal abad ke 7 M. agama Islam masuk dan berkembang di daerah Sumatra Selatan melalui proses secara damai dan dengan jalan berangsur-angsur. Masuk  dan berkembnagnya Agama Islam dibawa langsung oleh orang-orang Srab Muslim, terutama akibat pertentangan antara kelompok Bani ummayah dan Bani Abbasiyyah  denagn kelompok Allawiyyin, disamping itu ada juga mubaligh-mubaligh dari Iran dan India tetapi tidak mungkin mengatasi pengaruh orang Arab baik dari segi jumlah maupun kualitas. Dari awal kedatangannya Islam di Daerah Sumatra Selatan beraliran mazhad Syafi’I dan kecil sekali pengaruh aliran lain seperti aliran Syi’ah.

                Kelebihan lain dari buku ini yaitu di mana penulis juga memberikan data berupa gambar sehingga membuat si pembaca lebih mengerti secara jelas, Jadi, pembaca tidak merasa bosan kala membaca buku ini.




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar