Judul
: Masuk dan Berkembangnya Islam Di Sumatra Selatan
Pengarang
: K.H.O. Gadjahnata, Sri Edi Swasono
Penerbit
: Universitas Indonesia UI Pres
Tebal
: 268 halaman
Sejarah
bukan uraian tanpa vonis dan nilai, tetapi sebagaimana Al-Quran membagi nilai sejarah itu kepada
tiga nilai, Pertama, sejarah yang
an’amta yang sukses yang telah diberi nikmat oleh Allah. Kedua sejarah
yang magh-dub (yang dimurkai) karena ia sombong telah melakukan tindakan –
tindakan yang keliru. Ketiga, sejarah yang dallin (tersesat jalan) karena tidak
pernah mempelajari pengalaman yang terdahulu, membaca pengalaman bangsa- bangsa
lain, sehingga tambah jauh dari tujuan.
Sejarah islam dan pembangunan bangsa, Masuknya islam ketanah air melaluin pantai-pantai, sungai, jalan setapak, tanpa pengetahuan bahasa penduduk,apalagi pengetahuan sosiologis dan etnologis yang belum terilmukan, tetapi tidak berjumpa dalam dongeng-dongeng dan cerita-cerita kemulut, aneka ragam orang memperkirakan tentang itu, antara lain perkiraan orang jauh kepada : Pertama, kesungguhan para juru dak’wah dan berdak’wah menjadi tugas setiap muslim yang mukallaf yang menyertai pengembangan islam. Kedua, pendekatan da’wah dilakukan secara persuasive, bukan dengan cara yang apriori yang bertentangan secara diameteral, tetapi mengikuti tingkah laku dan adat-istiadat penduduk dan diarahkan secara tidak terasa, ketiga, pribadi muslim yang dating keseluruh pelosok tanah air menjadi saksi kebenaran islam.
Penjajahan menghentikan dak’wah
Begitu
kaum penjajah masuk ketanah air kita, pemimpin-pemimpin Islam terpusat
perhatiannya menghadapi penjajahan. Dikota Mataram, Lombok sampai sekarang
terdapat daerah yang sebelah kanan jalan rakyatnya beragama Islam dan sebelah
kirinya beragama Hindu, sedangkan di Maluku ada pulau yang rakyatnya sangat fanatikIslam
tetapi shalatnya hanya shalat Jumat saja. Hal ini membuktikan bahwa da’wah
terhenti sama sekali pada saat penjajahan datang. Kehentian yang begitu lama
menyebabkan berubahnya pengertian da’wah itu menjadi pengajian diantara sesama
muslim
Umat Islam terbagi dalam aneka
ragam kelompok
Pertama,
timbul kelompok karena pendidikan sehingga ada yang disebut kaum muslimin
pesantrenan rata-rata mengisi kehidupan dipedesaan dan kaum musliman sekolahan mengisi
masyarakat perkotaan. Kedua, pengelompokkan berdasarkan paham keagamaan timbul
masalah madzhab, taqlid, dan arruju ilal quran wassunah. (kembali
kepada hukum yang ditetapkan Quran dan Sunnah).
Masa pergerakan memberi citra baru
Di
Yogyakarta dimana da’wah islam dilakukan melalui cara persuasif, bahkan sangat
lunak sekali, sehingga kebiasaan yang mendekati perbuatan syirik belum terkikis
dari kehidupan umat Islam. Pada tahun 1912 bangkitlah Kyai Haji Ahmad Dahlan
dan sahabat-sahabatnya melahirkan
perkumpulan yang bernama Muhammadiyah yang akan mendidik kaum mislimin untuk
berpikir merdeka, membersihkan kaum muslimin dari syirik dan khurafat, serta
mengajak untuk memperbanyak amal kemasyarakatan. Dan pada tahun 1926 bangkit
Nahdatul Ulama (NU) yang berarti kebangkitan para ulama yang dilahirkan oleh
K.H. Hasyim Asyarie dengan sahabat-sahabatnya.
Era baru di Zaman Jepang
Setelah
jepang berhasil membekukan semua partai dan organisasi, mereka menyadari bahwa
tidak mungkin menang perang kalau menyampingkan kaum muslimin dan kaum
pergerakn Jepang, oleh karena itu di Jawa pemerintah pendudukan Jepang
membentuk dua kubu kegiatan, pertama, Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), selain itu
mereka melahirkan pula MIAI kembali dan kemudian cepat-cepat mengizinkan NU,
Muhammadiyah, PDII dan PUI untuk hidup kembali dan kemudian keempatnya diikat
dengan lahirnya Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI).
Kemerdekaan lahir dalam semangat
persatuan umat
Pada
waktu itu lahirnya DI/TII, tetapi dilain pihak memyebabkan gampangnya orang
membabat umat islam, sehingga terdapat daerah yang tadinya basis Islam berubah
menjadi basis komunis. Sebagai kekuatan yang mempunyai moral politik yang
tinggi, telah dapat dikalahkan dengan kekuatan politik yang lazim, tujuan
menghalalkan segala cara, karena politik Islam hanya mempertahankan moralnya
tidak mempertahankan kekuatannya.
Kemunduran
persatuan umat islam telah menimbulkan kecongkakan kaum komunis, berani
menginjak-injak kaum muslimin dimana-mana.
Pertolongan Allah Datang, Orde baru
lahir
Bila
umat islam berhasil menempatkan dirinya tatanan orde baru dalam masyarakat
Pancasila, mereka akan bangkit kembali sebagai penyumbang utama terhadap
pembangunan bangsa untuk jangka puluhan dan ratusan tahun mendatang.
Tetapi
bila umat islam masih mempergunakan “lagu lama” dengan terus menerus
bernostalgia dengan masa jaya yang silam dengan mempertahankan system pendekatan
dengan pola yang lama, ditambah lagi dengan terus mengadu alu di lesung
memperdebatkan pancasila .
1.
SEJARAH
MASUKNYA ISLAM KE SUMATRA SELATAN
Fase-fase
Masuk dan berkembangnya Islam diwilayah Nusantara
Fase
pertama : Awal masuknya pendatang Islam
Fase
ini (abad ke 1 - ke 4 H) merupakan fase
pertama proses kedatangan Isalam di Indonesia dengan kehadiran para pedagang
Islam yang singgah diberbagai pelabuhan di Sumatera, yang dapat dicatat hanya
berdasarkan sumber-sumber asing. Kapal-kapal daganag Islam sudah mulai berlayar
kewilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7 M. Literatur Arab sangat kaya
akan sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara.
Fase
kedua : Permukiman Masyarakat Islam di Sumatera dan Jawa
Di
Leran (Gresik)terdapat sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang wafat Tahun
475 H atau 1082 M. dan makam-makan yang ditemukan bersamaan dengan Ftaimah
binti maimun menunjukkan pola gaya hias makam dari dari abad ke-16 M. mungkin
dalam kurun waktu abad ke 1 – ke 4 H terdapat hubungan perkawinan antara
pedagang dengan masyarakat muslim asing yang menikah denganpenduduk setempat
sehingga menjadikan mereka masuk islam baik sebagai istrinya maupun
keluarganya.
Fase
ketiga : Berdirinya kerajaan Islam dan Perkembangan Islam hingga Abad 16 Masehi
Untuk
memberikan data lebih jelas adanya kerajaan samudera pasai. Makam tersebut
menyebutkan Malik as saleh wafat bualn Ramadhan 696 H. Nama Malik as saleh
dianggap sebagi raja pertama kerajaan samudera pasai berdasarkan hikayat
raja-raja pasai dan juga sejarah Melayu.
Fase
keempat : perkembangan Islam di Nusantara (Abad 16 M) dan Abad-abad berikutnya.
Pengaruh
perkembangan penyebaran agama yang berpusat di pasai-Aceh kepesisir Sumatera
dan semenanjung malaka serta dari Demak dan Gresik ke Banjarmasin dan Lombok
terbukti dengan ditemukannya bentuk-bentuk makam, terutama batu nisannya.
Yang
agak lambat menerima perkembangan islam selain Daerah yang telah disebutkan
diatas, ialah daerah Sulawesi seperti daerah Buton da Salayar berdasarkan
tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari ternate pada pertengahan
abad ke 16 M, namun bukti lebih nyata perkembangan Islam di Sulawesi ialah
ketika raja Gowa yang pertama masuk Islam dapat dianggap sebagai titik penting.
Masuk dan berkembangnya Islam di
Sumatera Selatan
Berdasarkan
pendapat Sayid Naguib Al-atas, kedua tempat ditepi Selat Malaka pada permulaan
Abad ke 7 H yang menjadi tempat singgah para musafir yang beragama Islam dan
diterima dengan baik oleh penguasa setempat yang belum beragama Islam ialah
Palembang dan Kedah. Dengan demikian jika kita mengikuti pendapat tadi maka
pada permulaan Hijriah atau abad ke 7 M
di Palembang sudah ada masyarakat Islam yang oleh penguasa setempat
telah diterima dengan baik dan dapat menjalankan ibadat menurut agama Islam.
2.
MASUKNYA
ISLAM KE SUMATERA SELATAN
Ahmad Mansyur Suryanegara
Masuk Agam Islam ke Sumatera
Selatan
Sriwijaya
sebagai kerajaan maritime yang memiliki daerah pengaruh yang luas diluar
wilayah Indonesia sekarang. Selain itu letak wilayah sriwijaya yang memiliki
cirri geostrategic di persimpangan jalan
laut perdagangan antara Timur Tengah dan
china, menjadikan sriwijaya dikenal dan dituliskan dalam sejarah kedua wilayah
tersebut.
Kenyataan
sejarah saat perkembangan Sriwijaya tidak dapat lepas dari kaitannya dengan
suasana dunia perdagangan internasional saat itu, saat majunya pengaruh
Sriwijaya, kondisi di Timur Tengah
sedang berkembang ajaran Islam. Perdagangan laut yang melewatinya baik
dari Cina maupun dari Timur Tengah atau sebaliknya, tentu perlu singgah dahulu
ke Sriwijaya, Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya agama Islam
mulai masuk ke Sriwijaya atau Sumatera Selatan.
Penguasaan
jalan perdagangan laut oleh bangsa arab jauh lebih maju disbanding bangsa
barat. Saat itu bangsa Arab telah menguasai jalan laut melalui Samudra India
yang mereka namakan sebagai Samudra Persia. Sejak pra islam Teluk Persia dengan
pelabuhannya Siraf dan Basra sebagai pusat perdagangan antara Asia, Afrika,
dengan Timur Tengah. Setelah berkembangnya agama Islam, Irak dengan Bagdadnya
merupakan pusat politik dan perdagangan, terutama pada masa Khalifah dinasti
Abasiyah (750-1268). Sekitar adab ke 10 M navigasi perdagangan sampai ke Korea
dan Jepang.
Sumber
perdagangan ini menyebutkan bahwa dalam perjalanannya ke Negara-negara Timur
jauh atau Jepang dan China serta korea tidak lepas pula mengadakan hubungan
dagang dengan Sriwijaya atau disebutnya dengan Zabaj, dari Sriwijaya ini
mereka memperoleh antara lain barang
dagangan Timah.kedudukan sriwijaya
sebagai kerajaan yang memiliki Bandar perdagangan yang sangat strategis,
baru berkurang nilainya.
Dari
gambaran kekuasaan Sriwijaya dapatlah kita mengerti bahwa perdagangan laut yang
melewatinya baik dari China ke Timur Tengah atau sebaliknya tentu perlu singah
terlebih dahulu ke Sriwijaya. Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya
agama Islam mulai masuk ke Sriwijaya atau Sumatra Selatan.
Pada
abad ke -7 terjalin perdagangan antara khalifah di Timur Tengah dengan
raja-raja di di Indonesia, khususnya Sumatra selatan pada masa Sriwijaya.
Sistem penyebaran Islam yang tidak mengenal misionnaris dan tidak adanya system
pemaksaan melalui peperangan, tetapi hanya melalui perdagangan.
3.
MASUK
DAN BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM PADA ZAMAN KESULTANAN PALEMBANG : SUATU ANALISIS
Setelah
sriwijaya mulai pudar dikaki langit keruntuhannya, hadir bangsa portugis di
Malaka pada tahun 1511 dan timbulnya revolusi kraton Demak, maka setapak demi
setapak agama Islam dikembangkan oleh para mubaligh pribumi yang berasal dari
Demak, Banten, Jambi dan Palembang, perkembangan agama itu lebih intensif
setelah kesultanan Palembang mengakui Islam sebagai agama resmi dalam abad ke
17. Islam juga menjadi agama seluruh penduduk pusat kerajaan, karena pada
umumnya dinegeri kita ini agama raja adalah agama rakyat.
Islam dan jalan dagang Tradisional
Jalan
dagang dunia via Selat Malaka merupakan jalur pelayaran dan perdagangan
internasional yang sangat penting waktu itu, Pulau Bangka dijadikan langkah
pertama dalam perjuangan mendirikan titik tumpu kuasa pengontrol lalu lintas
pelayaranyang pada abad ke 10 m masih tetap memegang peranan penting didaerah
perairan asia Tenggara.
Jalan
dagang Tradisional yang terbentang antara Laut Merah-India-Selat Malaka-Daratan
Tiongkok. Merupakan benang emas yang halusdi sepanjang pantai dalam wilayah
kepulauan Nusantara.. Karena didorong oleh keinginan individu muslim untuk
menyebarkan agama itu ke Timur , di samping motif politik ekonomi yang
menguasainya dan akan memperoleh pahala yang besar, jalan dagang itu pulalah
yang membantu penyebaran Agama Islam di Nusantara, Besar kemungkinan agama itu
telah dibawa oleh pedagang-pedagang muslim pada abad pertama Hijriah, karena
orang-orang Arab sendiri jauh sebelum Islam telah melakukan pelayaran yang Luas
ke Timur.
Diperkirakan
pedagang-pedagang muslim mendatnagi daerah Sumatra Selatan antara abad ke 9 dan
ke 10 M. diperkirakan pula jumlah pedagang muslim sangat terbatas dan belum
lagi mencapai daerah uluan. Kurangnya fasilitas sulitnya hubungan antara kota
Bandar dengan daerah Uluan yang terisolasi dan masih berdaulatnya Sriwijaya
sebagai pendukung agama Budha, merupak factor yang sangat menentukan ruang
gerak mereka untuk mencapai daerah pedalaman.
Kesultanan Palembang dan Abd
Al-Samad Al-Palimbani
Intensitas
penyebaran Islam didaerah ini sangat tergantung naik-turunnya kerajaan-kerajaan
Hindu di Jawa islam sebagai suatu ideologi setapak demi setapak menulari
kota-kota Bandar disepanjang jalan dagang tradisional. Bahkan pada akhir abad
ke 12 M ia telah memperoleh tempat berpijak do Perlak (Samudra Pasai).
Setelah
kerajaan sriwijaya sirna dan dan longgarnya hubungan kekuasaan Majapahit atas
daerah ini, Palembang sebagia tanah asal Raden Patah, memulai berkembang
menjadi pusat tenaga ekspansi baru dengan Islam sebagai motor pendorong yang
kuat.
Tahun
1443 M Majapahit yang telah lumpuh dari dalam, masih sempat menempatkan
wakilnya di K’Ukang (Palembang) yaitu seorang adipati bernama Ario Damar alias
Swan Liong. Menurut Babat Tanah Djawi. Ario Damar pernah mendapat hadiah
seorang putri Cina muslim yang sedang hamil dari raja Brawijaya VII.Pada tahun
1453 M putri itu melahirkan seorang putra yang dikenal dengan Raden Patah (Jin
Boen). Tokoh Ario Damar bukanlah Ario Damar yang pernah ikut dalam ekspedisi
Gajah Madha ke Bali Tahun 1343 walaupun kedua orang tersebut ada hubungan
geneologis. Kemungkinan nama itu merupakan nama ideal bagi penguasa-penguasa
Jawa didaerah ini, mengingat daerah ini banyak menghasilkan getah dammar yang
sekarang melekat pada nama satu dusun didaerah Ogan Komering Ilir bernama
Pedamaran.
Apabila
kita meneriam teori ini maka dalam sejarah penyebaran agama Islam didaerah
Nusantara ini terutama di Jawa dan di Palembang, merupakan fenomena kultural
dalam penyebaran agama islam dikalangan keluarga istana setelah munculnya
kerajaan Demak di Jawa.
Sejarah
penyebaran agama islam pada hari-hari pertama didaerah ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat dengan sejarah hidup dan perjuangan seseorang yang lazim
disebut Kyai/Guru ngaji. Salah satu kyai yang terkenal didaerah ini dan
memiliki reputasi internasional adalah Abd al-Samad sal-palimbani.
Seperti
putra yang berasal dari Palembang dan pernah bertahun-tahun di Mekkah
mempelajari agama Islam yang pada akhir abad ke-18 M kembali ke tempat kelahirannya
dengan membawa mutiara baru dalam agama
islam. Mutiara baru itu adalah suatu cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Banyak
jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ,
tetapi dengan melakukan ratib samad (berzikir) setelah sholat lima waktu,
dianggap jalan yang praktis san pintas untuk sampai pada tujuan akhir dari
hidup ini.dengan berzikir diharapkan agar dapat menempatkan rohani mereka dalam
mancapai ma’rifat (pengetahuan)
tertinggi. Dalm kondisi fisik yang digerakkan secara rutin tanpa terisi makanan
yang makin lama makin kehilangan daya raasa, manusia akan melupakan
segala-galanya kecuali Allah semata-mata.
4.
BEBERAPA
ASPEK PERKEMBANGAN ISLAM DI SUMATRA SELATAN
Tingkat
perkembangan Islam didaerah, yang kini bernama Provinsi Sumatera Selatan ini,
Pertama,
Islam diawal abad 19 itu telah merupakan agama resmi yang harus ds dipelihara
oleh struktur kekuasaan, maka kelihatanlah bahwa peranan Birokrat agama tidak
saja terdapat di kerajaan, tetapi juga ditingkat marga dan bahkan ditingkat
dusun.
Kedua,
jarak yang cukup lebar antara stuktur kekuasaan,yang didasarkan atas keinginan
mengadakan adaptasi ajaran agama dengan system yang telah ada, dengan pola
perilaku pribadi memang masih jauh. Demikina dengan halnya pada golongan
priyayi dan tak jauh bedanya dengan golongan rakyat biasa.
Ketiga,
tradisi keratin melayu-Jawa yang mementingkan ilmu agama dan sastra juga
berkembang dipusat kerajaan. Maka dibawah naungan para sultan, ulama dan
pengarang baik keturunan asing atau pribumi, menghasilkan karya sastra dan
uraian keagamaan tentang akhlak, tauhid, dan syariah yang sayangnya barulah
akhir-akhir ini saja mulai diperhatikan.
Kemungkinan
Palembang sebagai pusat Islam di bagian Selatan pulau emas ini ialah bukan saja
karena reputasinya sebagai pusat pergudangan yang banyak dikunjungi oleh
pedagang Arab/Islam pada abad-abad kejayaan Sriwijaya. Kalau demikian berarti
pengislaman Palembang telah lebih awal dari pada Sulawesi Selatan. Barulah
diawal abad ke-17 M Sulawesi Selatan resmi menganut Islam.tak lam kemudian
“Perang Islam” dilancarkan oleh Gowa-Talo kekerajaan-kerajaan tetangga.
Kemudian raja bone yang menrima Islam dari Makassar (Gowa/Talo) menjalankan
“Reformasi puritan” yang cukup radikal.
Kesultanan
adalah suatu Islamdom, suatu pusat kekuasaan yang dengan sadar melibatkan diri
pada tradisi dan ajaran Islam. Setidaknya secara formal kesultanan adalah suatu
wadah yang lebih membuka kemungkinan bagi berlanjutnya proses Islamisasi
internal, bukalah terlalu mengherankan jika islamdom tersebut juga berusaha
memperkuat wadah tersebut dengan berbagai institusional seperti kedudukan
kepenghuluan dan manifestasi simbolik. Maka masjid besar Palembang diawal abad
ke 19 dianggap oleh par pelapor Belanda sebagai salah satu bangunan terindah di
Hindia Belanda.
5.
SEJARAH
KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM DAN BEBERAPA ASPEK HUKUMNYA
H.
M. Ali Amin
Pendahuluan
Sejarah
kerajaan/kesultanan Palembang terjadi dalam abad ke 17 M dan ke 18 M sampai
dengan permulaan abad ke 19 M. tempatnya adalah dikota Palembang dan
sekitarnya, baik disebelah hilir Sungai Musi termasuk Pulau Musi dan anak-anak
sungainya, yang dikenal dengan nama Batanghari Sembilan.
Kota
Palembang didirikan pada tanggal 17 bulan Juni tahun 683, penanggalan ini
berdasarkan bunyi tulisan dan perhitungan dari penaggalan tahun Caka, yang
terdapat pada prasasti yang ditemukan di Bukit Kampung 35 Ilir Kecamatan Ilir
Barat II sekarang. Tanggal tersebutyang merupakan hasil diskusi penelitian.
Ditetapkan sebagai hari lahir kotamadya Palembang dengan SK Walikota Kepala
Daerah Tingkat II Kota madya Palembang tanggal 6 Mei 1972 No./57/Um.Wk/72.
Pergolakan
politik di Jawa pada tahun 1478 M menumbuhkan kerajaan Demak sebagi penerus
dari kerajaan majapahit yang mempunyai dasar keislaman pendirinya adalah Raden
Patah. Raden patah ketika mudanya memperoleh pendidikan yang berlatar belakang
kebangsaan dan politik.
Sedangkan
masuknya Islam di Jawa banyak dihubungkan dengan kedatangan dari Maulana Malik
Ibrahim yang menetap di Gresik dan meninggal dunia disana pada tahun 1419.
Menurut K.H Saifuddin Zuhri “Masyarakat
Islam terbentuk dibeberapa tempat pada umumnya terletak didaerah pantai.
Didaerah-daerah yang tidak terjangkau oleh
kekuasaan Sriwijaya seperti Aceh lebih mudah membentuk masyarakat Islam
dari pada daerah lainnya. Didaerah-daerah dimana kekuasaan Sriwijaya para
mubaligh Islam bersikap lebih luwes mereka sangat toleran tetapi tidak
mengorbankan prinsip”
Pandangan menyeluruh tentang
kesultanan Palembang Darussalam
Asal-usul
Sultan-sultan Palembang
Palembang
menjadi daerah taklukan dari majapahit. Salah seorang Adipati Majapahit yang
berkuasa di Palembang adalah Ario Damar putra dari prabu brawijaya.
Srikertawijaya. Ario Damar ini kemudian beristrikan Putri Campa, bekas istri
dari Prabu Wijay, sri kerta bumi dengan membawa anak, Raden Patah. Raden Patah
lahir di lembang pada tahun 1455 dan dibesarkan oleh ayah tirinya Ario Damar.
Raden Patah inilah yang menjadi pendiri kerajaan Demak pada tahun 1478.
Hubungan
Palembang dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, dimana Palembang mengakui atau
berada dibawah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, yang berlangsung selama
abad ke 15 M hingga pertengahan 17 M sejak majapahit, Demak-Panjang sampai
dengan mataram. Dalam hubungan ini tidak luput dari peraturan-peraturan atau
kewajiban-kewajiban untuk dating menghadap raja (seba) sebagai bukti
loyalitas,menghantarkan upeti kepada raja dan memberikan bantuan yang
diperlukan dalam peperangan.
Kesultanan
Palembang Darussalam Berdiri Sendiri
Dalam
sejarah kerajaan Mataram nampaksekali bahwa hubungan antara pusat dan daerah
tidak selalu barjalan baik. Sebagaimana pengalaman-pengalaman dari
penguasa-penguasa Palembang prs kesultanan yang mendapatkan perlakuan yang
kurang menyenangkan dalam hubungan dengan kerajaan mataram , juga Kyai Mas
Endi, Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim, sesudah menggantikan kedudukan kakaknya.
Pangeran Sedo Ing Rajek sebagai penguasa dari mataram di Palembang mengalami
hal yang sama dimana beliau dalam tahun1668 mengirim utusan Mataram, tetapi digolak
oleh Amangkurat I. Dengan perkembangan keadaanmaka beliau melepaskan ikatan
dengan Mataram. Maka menjadilah Palembang berdiri sendiri sebagai Kesultanan
Palembang Darussalam.
Penggantian
Sultan-sultan
Sebagai
kerajaan yang raja-rajanya berasal dari Jawa dan statusnya semula sebagai
penguasa-penguasa dari daerah perlindungan-perlindungan (protektorat) dari kerajaan Demak-Pajang dan
Mataram adalah wajar bahkan dalam prosedur penggantian tahta kesultanan diikuti
tradisi yang berlaku dikerajaan-kerajaan di Jawa. Menurut tradisi ini sebagai
penganti raja dinobatkan putra sulung ini dikarenakan sesuatu sebab tidak dapat
diangkat, maka adiknya yang laki-laki tunggal itu akan dijuluk sebagai
pengganti. Jika tidak ada akan ditunjuk putra laki-laki yang sulung dari istri
lain.
Pemerintahan,
Ekonomi dan Politik
Pemerintahan :
Wilayah
kesultanan Palembang Darussalam kira-kira meliputi wilayah keresidenan Palembang
dulu pada waktu pemerintahan Belanda dtambah dengan Daerah Rejang-Ampat-Petulai
(Lebong) dan Belalau disebelah Selatan
dari Danau Ranau.
Pusat
pemerintahan kesultanan berada dikota Palembang dimana pemerintahan
dikendalikan oleh putra mahkota yang juga menjadi penasihat sultan langsung,
wakil dan pengganti . kemudian struktur
pemerintahan dibawahnya dapat disimpulkan dari uraian-uraian buku P. de Roo de
Faille “Lukisan tentang ibu kota Palembang ”, ada uraian tentang empat
mancanegara sebagi pembesar-pembesar Negara. Sebagai berikut :
1. Pepatih (rijksbestuurder),
namanya pangeran Natadiraja yang memegang
seluruh urusan kerajaan baik diibu kota maupun di daerah hulu sungai
(pedalaman). Ia adalah mancanegara yang pertama menjalankan hokum adat didalam
negri Palembang serta jajahannya.
Nata
agama. kepala alim ulama yang mengadili hal-hal sesuai dengan hukum-hukum
agama. Kyai
Tumenggung Karta, yang di dalam segala hal merupakan tangan kanan dari pepatih,
terutama diserahi pengadilan hakim dan pembesar utama di Palembang. Pangeran
Citra. Yang juga termasuk mancanegara, kepala dari yang disebut pengalasan,
yaitu polisi bersenjata dari raja yang diserahi tugas pelaksanaan
hukuman-hukuman mati.
Penduduk
kota Palembang dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu :
Priyayi
adalah turunan raja-raja atau kaum ningrat, kedudukan ini diperoleh karena
kelahiran dan atas perkenan Sultan.
2. Dalam
golongan rakyat ada orang-orang miji sama kedudukannya dengan yang dipedalaman
disebut mata gawe, dengan pengecualian, bahwa mereka tidak dikenakan pajak atau
mereka tidak menfhasilkan pajak.
Ekonomi
Perekonomian
kesultanan Palembang sesuai dengan letaknya, sangat dipengaruhi oleh
perdagangan luar dan dalam negri. Hasil-hasil dari berbagai perusahaan dapat
disinggahi oleh kapal-kapal luar negri. Sedangkan system perairan dengan
sungai-sungai memungkinkan pengangkutan barang-barang yang sangat lancer.
Perdagangan
diadakan dipulau Jawa, Lingga, Riau, Singapura, Pulau Penang, Malaka, negeri
Siam dan negri Cina, disamping itu dari pulau-pulau lainnya dating juga
perahu-perahu membawa dan mengambil barang-barang dagangan.
Hasil-hasil
kesultanan Palembang dan yang diekspor adalah rotan ikat, dammar, kapur barus,
kemenyan, kayu lako, lilin, gading, dan pasir emas. Komoditi lain adalah hasil
pertambangan timah.
Politik
Politik
dalam negri yang dijalankan dikesultanan selama berdirinya kurang lebih 50
tahun membuktikan telah berhasil menciptakan organisasi pemerintahan yang cukup
stabil, dimana ketentraman dan keamanan bagi penduduk dan perdaganagan yang
cukup memadai terpelihara dengan baik.
Hubungan
dengan Negara-negara tetangga umumnya terpelihara dengan baik. Hanya ada satu
kali perang dengan Banten sewaktu prakesultanan dalam tahun 1596, yang berlatar
belakang pertikaian ekonomi untuk memperebutkan pangkalan perdagangan di Selat
Malaka.
Yang
mendapat tantangan berat adalah politik dari kesultanan Palembang Darussalam
dalam menghadapi pihak imoperialisme dan kolonialis dari Eropa (Belanda dan
Inggris) yang dengan kelebihan teknologinya terutama dalam alat perangnya dan
kelicikan dalm politiknya, banyak mendatangkan kerugian kepada kesultanan
hingga mengakibatkan berakhirnya eksistensi kesultanan itu sendiri.
Beberapa
aspek hukum
Hukum adat
Sejak
masa pra-kesultanan didaerah Palembang khususnya dipedalaman sesuai dengan
perkembangan etnologis pada setiap kelompok manusia yang hidup bersama terdapat
peraturan pergaulan yang disebut adat. Dalam adat ini ada kaidah-kaidah yang
tidak memberi akibat hokum, misalnya kaidah yang menetukan, bahkan jikalau
orang mengadakan perayaan perkawinan.
Hukum Islam
Mengenai
pengaruh diambil dari agama Islam khususnya dipedalaman dapat diambil beberapa
keterangan dari buku J.W.van Royen yang berjudul De Palembangsche Marga en Haar Grond en Waterrechten, antara lain
sebelum kedatangan Islam dalamkehidupan beragama banyak dilakukan pemujaan
nenek moyang. Untuk mengenang mereka diadakan pemujaan dirumah-rumah nenek
moyang yang kecil-kecil, sedangkan tiap tahun kuburan mereka dibersihkan dan di
mana disampaikan persembahan.
Perkembangan Islam di Palembang
Islam
masuk ke negeri Palembang dari Demak dalam tahun 1440 M. ketika ibu Raden Patah
dikirim kesana dari Majapahit. Adipati Majapahit saat itu adalah Ario Damar
yang telah lama memeluk agama Islam secara diam-diam, sehingga ibu tirinya
diperlakukannya menurut cara yang sesuai dengan ajaran Islam.
Perkembangan
Islam di Palembang dalam abad ke-18 merupakan kelanjutan dari arus perkembangan
Islam di Aceh yang dalam paroan kedua abad ke-17 M digerakkan oleh Syeikh Abd
al-Rauf Singkil, setelah paham wujudiyah yang dulu berpengaruh di sana
dipatahlan oleh Syeikh Nuruddin ar-Raniri
Masuknya islam ke Bangka
Masuknnya
islam ke Bangka diperkirakan pada pertengahan abad ke 15 dari Malaka dan dibawa
oleh pedagang-pedagang Islam yang sekaligus menempatkan dirinya sebagai
mubaligh, akulturasi antar Islam dengan agama-agama sebelumnya seperti Budha
dan Hindu dan juga animism dan dinamisme tidak dapat dihindarkan dalam
perkembangan Islam di Bangka seperti sekarang.
Kedatangan
Belanda di Bangka disambut dengan perang grilya halnini terutama disebabkan
para pemimpinnya adalah ulama-ulama yang sudah disinari nur islam sehingga
perlawanan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Masuknya
Islam di Bangka berbea dengan masuknya Islam di Palembang karena Islam masuk ke
Bangka lewat para pedagang dari Malaka yang singgah di pulau Bangka.
Jelas
sekali bahwa dalam buku ini di bahas secara detail mengenai masuknya Islam di
Sumatra Selatan, agama islam masuk dan berkembang berlangsung sejak zaman
kekuasaan Dapunta Hyang Sriwijaya yaitu pertama Hijriah atau bersamaan dengan
awal abad ke 7 M. agama Islam masuk dan berkembang di daerah Sumatra Selatan
melalui proses secara damai dan dengan jalan berangsur-angsur. Masuk dan berkembnagnya Agama Islam dibawa langsung
oleh orang-orang Srab Muslim, terutama akibat pertentangan antara kelompok Bani
ummayah dan Bani Abbasiyyah denagn
kelompok Allawiyyin, disamping itu ada juga mubaligh-mubaligh dari Iran dan
India tetapi tidak mungkin mengatasi pengaruh orang Arab baik dari segi jumlah
maupun kualitas. Dari awal kedatangannya Islam di Daerah Sumatra Selatan
beraliran mazhad Syafi’I dan kecil sekali pengaruh aliran lain seperti aliran
Syi’ah.
Kelebihan lain dari buku ini yaitu di mana penulis juga memberikan data berupa
gambar sehingga membuat si pembaca lebih mengerti secara jelas, Jadi, pembaca
tidak merasa bosan kala membaca buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar